Bisa Kenali Kebiasaan Warga China Kembangkan Smart City yang Dikendalikan Teknologi Canggih
Saat ini China sedang mengembangkan kota pintar atau Smart City baru, yang sepenuhnya dijalankan oleh kecerdasan buatan atau AI (Augmented Intelligence). Penduduk yang tinggal di AI City dan pengunjungnya kabarnya akan dilayani oleh intel yang dikendalikan sensor dan perangkat pengumpul data untuk menghimpun informasi tentang mereka. Namun, di sisi lain banyak orang menyuarakan keprihatinan atas potensi masalah privasi yang mungkin akan muncul.
Perusahaan arsitektur Denmark BIG dan Terminus, sebuah perusahaan teknologi Tiongkok, mengungkapkan rencana mereka untuk membangun Kota Cerdas di kota Chongqing di barat daya Tiongkok. Hal ini telah disampaikan saat konferensi teknologi online Web Summit minggu lalu. "Gagasan ini muncul untuk menjawab pertanyaan orang ingin tinggal di mana. Di sini, akan ada pelayan bar yang tahu minuman favoritmu tanpa perlu bertanya," ujar Bjarke Ingels, seorang mitra BIG kepada MailOnline.
AI akan mengumpulkan informasi mengenai penduduk dengan menghimpun data yang terhubung WiFi. Jadi, mereka bisa secara otomatis bereaksi sesuai kebutuhan kita. Meski baru diresmikan minggu lalu, Cloud Valley diperkirakan akan menjangkau area seluas 200 kali lapangan sepak bola.
"Saat sinar Matahari menerpa rumah, jendela kamar di sini bisa menyesuaikan opasitasnya untuk memungkinkan cahaya alami masuk membangunkan penghuni rumah yang masih terlelap," jelas Terminus di situsnya. Setelah cahaya memenuhi ruangan, asisten rumah tangga virtual AI bernama Titan akan memilihkanmu sarapan, mencocokkan pakaianmu dengan cuaca, dan menyediakan jadwal seharian. Namun, Eva Blum Dumontet, seorang peneliti senior di kelompok advokasi Inggris, Privacy International, memperingatkan Smart City di China bisa menjadi ancaman besar bagi hak asasi manusia.
Penting bagi pemerintah mengambil tindakan tegas untuk mengawasi dan memastikan orang orang yang 'tidak melek teknologi' tidak terbuai kenyamanan. "Kami perlu memastikan, bagaimana kota ini akan mempengaruhi orang yang mungkin tidak melek teknologi," katanya kepada Thomson Reuters Foundation, dikutip dari MailOnline. Di balik segala fasilitas, kecanggihdan dan kehebatan kota ini, tentu ada risiko dan harus ada hukum yang membatasi akses atas data yang dikumpulkan.
Selain Smart City, sebelumnya China sudah memiliki sejumlah restoran dan pabrik yang sepenuhnya dikendalikan oleh robot.